Warga Libanon Marah, Faktor Kelalaian Diduga Picu Ledakan
2 min readKembar Prediksi | Kamis, 06 Agustus 2020 09.00 WIB
Jakarta – Kemarahan publik terhadap pemerintah Libanon pecah setelah investigasi awal mencium faktor kelalaian pejabat turut menyebabkan ledakan besar di Kota Beirut pada Selasa (4/8) petang.
Dilansir AP, penyelidikan awal menduga sumber ledakan berasal dari ribuan ton amonium nitrat yang disimpan pada gudang di pelabuhan.
Investigasi lantas difokuskan untuk mencari tahu alasan 2.750 ton amonium nitrat dapat tersimpan di salah satu gudang pelabuhan Beirut selama enam tahun lamanya.
Lihat juga: PREDIKSI PERTANDINGAN 06–07 Agustus 2020 |
Sebagai catatan, amonium nitrat merupakan bahan kimia berdaya ledak tinggi yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk.
Pelabuhan Beirut dan kantor bea cukai disebut memiliki reputasi sebagai instansi korup dan dipegang oleh berbagai faksi politik, termasuk Kelompok militan Syiah, Hizbullah.
Jaksa Agung Libanon Ghassan Oueidat memerintahkan badan keamanan setempat untuk melakukan investigasi terhadap surat-surat terkait penyimpanan material tersebut, termasuk membuat daftar pejabat terkait yang bertanggung jawab pada perawatan, penyimpanan, dan perlindungan gudang.
Al Jazeera melaporkan pada 2014, Shafik Merhi, kepala kantor bea cukai Libanon kala itu, mengirimkan surat kepada seorang hakim terkait barang kimia sitaan dari sebuah kapal yang disimpan di Hangar 12 Pelabuhan Beirut.
Lihat juga: VIRAL WANITA DENGAN PINGGANG TERKECIL |
Dalam surat tersebut, Merhi mengingatkan soal “bahaya jika material itu disimpan di tempatnya, dan berdampak pada keamanan pegawai (pelabuhan)”. Ia menyarankan agar material itu untuk diekspor maupun dijual ke perusahaan bahan peledak Libanon.
Surat serupa juga dikirimkan setidaknya lima kali pada periode 2015-2017. Belum diketahui apakah surat tersebut direspons.
Pemerintah Libanon telah menetapkan pejabat pelabuhan Kota Beirut sebagai tahanan rumah selama proses investigasi berlangsung.
Kementerian Kesehatan Libanon mencatat ledakan yang berasal dari pelabuhan Beirut itu menyebabkan setidaknya 135 orang tewas dan 5.000 orang luka-luka. Jumlah ini masih bisa bertambah mengingat proses evakuasi masih dilakukan.
Bantuan darurat yang dikirim dari luar negeri berdatangan untuk membantu Libanon yang pada saat yang sama menghadapi krisis ekonomi.