CIRI KHAS KEUNIKAN RUMAH ADAT TONGKONAN
2 min readKEMBARQQ.NET – Tana Toraja adalah salah satu keajaiban dunia yang lahir dan terjaga hingga kini di Indonesia. Tana Toraja memiliki rumah adat khas yang disebut dengan Tongkonan.
Mengenai Tana toraja yang lekat dengan adat istiadat, berikut ini adalah 5 ciri khas yang ada dan hanya bisa ditemukan adat tongkonan Kelima. Ciri khas tersebut yang harus kamu ketahui adalah sebagai berikut
1. SRTUKTUR RUMAH ADAT TONGKONAN
Struktur Rumah adat tongkonan ini memiliki filosofi tersendiri di setiap tingkatannya. Terdapat tiga lapisan segi empat yang menggambarkan kehidupan manusia yakni kelahiran, Kehidupan, Pemujaan dan Kematian.
Lapisan ini menggambarkan hubungan yang selaras antara makhluk mikrokosmos dan makrokosmos.
2. MEMILIKI 3 TINGKATAN
Tempat rumah adat ini dikhususkan untuk menyimpan benda pusaka yang dianggap sakral oleh penduduk. Atap dari tongkonan ini kemudian di susun dengan menggunakan bambu pilihan dan di ikat dengan rotan dan ijuk. Maka tak heran atap rumah ini bisa bertahan sampai ratusan tahun.
3. UKIRAN DINDING YANG KHAS
Dinding rumah adat tongkonan dibuat dari tanah liat. Ukiran pada dinding tongkonan biasanya memiliki warna yang berbeda di keempat sisinya. Keempat warna dasar tersebut adalah Merah, Kuning, Putih dan Hitam.
Warna merah melambangkan kehidupan manusia, warna kuning melambangkan kekuatan adiduniawi atau Sang Pencipta.
4. TANDUK KERBAU
Kerbau merupakan binatang yang khas, unik dan memiliki nilai yang tinggi bagi Masyarakat Toraja. Bagi Masyarakat Toraja Tanduk Kerbau merupakan simbol strata sosial, Tanduk kerbau biasanya diletakkan di depan.
Semakin banyak tanduk kerbau yang di miliki semakin tinggi strata sosial yang dimiliki oleh pemilik tongkonan tersebut.
5. RUMAH TONGKONAN MULTIFUNGSI
Sebuah adat tongkonan dapat diisi oleh beberapa keluarga hingga empat puluh orang, dan biasanya mereka memiliki hubungan darah. Yang lebih menarik lagi ini juga merupakan aset adat yang bernilai fantastis lebih dari 500 juta rupiah.
Rumah tongkonan dianggap sebagai ibu, sedangkan lumbung padi atau alang sura dianggap sebagai ayah.